Tomcat atau Paederus sp.: Apa dan Bagaimana
Pengobatannya
OPINI
| 22 March 2012 | 05:00 Dibaca: 3620 Komentar: 0 Nihil
Mencermati pemberitaan mengenai
Wabah Tomcat yang sedang terjadi di wilayah Surabaya dalam 1 minggu
terakhir ini, ada banyak informasi yang terkesan asal “kena” & asal
“mirip”. Mulai dari gejala, pencegahan hingga pengobatan yang terkesan
berlebihan.
Berita-berita yang tersebar melalui
media BBM malah lebih mengerikan lagi. Dilengkapi foto-foto yang katanya
gejala akibat Tomcat, terpapang lugas menggedor jantung.
Nah lucunya, pihak yang berkompeten
dalam memberikan informasi mengenai Penyakit ini sepertinya malah
“kebingungan”. Bukan mencari dan memberikan informasi akurat kepada
masyarakat tentang apa itu “Tomcat”, malah seperti “mengamini” gosip-gosip
yang beredar.
Kalopun ada revisi berita, itupun
mengikuti dari perkembangan berita di Media Massa, bukan dari sumber yang
valid.
Jadinya, masyarakat seperti
dibiarkan mencari informasi sendiri mengenai “Tomcat” ini.
Alhasil, berbekal cari sana cari
sini yang dibumbui histeria dan kehebohan, jadilah bahan obrolan yang
kadang jauh dari kenyataan.
Media Sosial/SocMed saat ini seperti
kebanjiran Timeline mengenai “Tomcat” (tentunya bersanding adu banyak
dengan Korupsi, BBM, TDL dan isu SARA yang lagi trend). Yang sayangnya, ya
itu tadi…kekurangan bahan referensi yang valid.
Kenapa bisa kurang referensi ?
Karena ya maklum saja…namanya juga penyakit. Pihak Kesehatan lah yang
seharusnya memberikan informasi tentang apa dan bagaimana Tomcat itu.
Bukan orang awam yang harus mencari.
Pencarian mengenai penyakit “Tomcat”
ini sebenarnya mudah. Hanya menggunakan nama Paederus sp. pada search
engine, maka semua artikel mengenainya akan terpampang dengan jelas.
Apakah “Tomcat” itu ?
Paederus sp. (species)
Yang selama ini disebut-sebut
sebagai “Tomcat” sebenarnya adalah Kumbang dari genus Paederus.
Lengkapnya Paederus sp. (species)
Paederus ini tercatat ada banyak
ragam jenis, tergantung di negara mana dia berasal.
Misalnya :
- Paederus melampus : India
- Paederus brasilensis : Brazil
- Paederus colombius : Kolombia
- Paederus fusipes : Taiwan
- Paederus peregrinus : Indonesia
& Malaysia
Berukuran sangat cilik, kira-kira
hanya 1cm. Secara kasat mata mirip Semut, hanya saja memiliki “ekor”
berbentuk sengat. Makanya disebut-sebut “mirip Kalajengking”
Terdapat di seluruh dunia, terutama
wilayah Tropis. Sehingga serangga ini bukan jenis baru atau hasil mutasi.
Tapi memang sudah ada sejak lama, kira-kira seumuran dengan evolusi Semut.
Bagi yang tinggal di wilayah
Pedesaan atau dekat dengan hutan, tentu sudah tidak asing lagi dengan si
Paederus ini.Karena si Merah Hitam ini sebenarnya Musuh Alami dari Wereng
Sawah. Membantu Petani mengatasi Hama Padi.
Menguntungkan sekaligus merugikan
jika bertemu Manusia.
Tergolong Serangga aktif malam hari,
yang sangat gemar mendekati Sumber Cahaya. Lampu,
misalnya. Jadi salah satu cara untuk mendeteksi kehadirannya : perhatikan
Lampu setiap masuk ruangan. Jika ada serangga mirip semut yang keluyuran
dekat bola Lampu, mungkin itu si Paederus.
Lalu darimana nama Tomcat berasal ?
Entahlah. Menurut “gosip” sih, itu
sebenernya merek Pestisida yang sering digunakan pada perkebunan.
Malah kalo Googling “Tomcat”, bakal ketemu merek Pembasmi Hama Tikus yang
sangat populer di Amerika.
Bagaimana Hingga Bisa Menimbulkan
Masalah Pada Manusia ?
Terlebih dulu saya ingin meluruskan,
bahwa seperti ulasan di atas, penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
istilah “Tomcat”. Yang lebih tepat adalah yang sesuai dengan nama
dari Ilmu Kedokteran, yaitu : Dermatitis Paederus (DP).
Kalopun mau “Diindonesiakan”, ada
baiknya menjadi Alergi Paederus. Daripada ”Tomcat”, yang
mirip serial kartun Tom & Jerry.
Kembali pada pertanyaan, “Bagaimana
Hingga Bisa Menimbulkan Masalah Pada Manusia ?”
Begini :
Kumbang Paederus sp., seperti
umumnya Serangga, memiliki Butiran Darah yang berfungsi ganda. Yaitu Haemolymph.
Selain mengangkut Oksigen &
Zat Makanan (Haemocyanin), juga berfungsi sebagai Pertahanan
Tubuh/Imunitas (Lymph).
(Berbeda dengan manusia, yang
komponen Darahnya masing-masing hanya memilik 1 fungsi. Haemoglobin hanya
mengurus Oksigen & Zat Makanan, sementara Imunitas diurus oleh
Leukosit & Limfe.)
Dalam Haemolymph ini terkandung senyawa
Amida yang dikenal dengan nama Paederin.
Susunan Rantai Kimianya : (C 25 H
45 O 9 N).
Dengan jumlah molekul H yang
dominan, menjadikan senyawa ini bersifat sangat Asam.
Mirip seperti Semut atau Lebah,
namun lebih Asam.
Seperti yang kita pelajari di
Sekolah, Zat hiper-Asam bersifat Korosif dan mampu mengiritasi/mengikis
permukaan Kulit.
Begitu pula dengan Paederin
ini. Jika kontak dengan kulit, maka akan menimbulkan gejala Iritasi yang
agak hebat.
Benarkah Pernyataan Bahwa Kadar
Paederin 12 kali dari Racun Ular Kobra ?
Pernyataan ini benar, namun
diartikan secara keliru oleh beberapa orang.
Kadar Paederin dalam 1ml cairan
memang jumlahnya mencapai 12 kali lebih pekat daripada racun Ular Kobra.
Namun bukan berarti lalu Paederin
sangat beracun, melebihi racun Kobra. Sebaliknya, justru racun Kobra yang
berupa Neurotoxin (racun yang menyerang jaringan saraf) jauh lebih
mematikan daripada Paederin
Hanya dibutuhkan 1 tetes / 1 ml
racun Kobra untuk membunuh manusia. Sedangkan Paederin ? Terkena
hingga 5ml pun tetap tidak akan mampu menimbulkan kematian bagi manusia.
Jadi merupakan sebuah informasi
berlebihan jika menganggap Paederin sangat mematikan.
Namun tentunya fakta ini merupakan
pengecualian bagi mereka yang punya riwayat alergi terhadap gigitan
serangga.
Tanpa perlu berhadapan dengan
Paederin pun, misalnya terkena sengatan Lebah, sudah cukup untuk
menimbulkan masalah serius. Sehingga wajib segera dibawa ke Rumah
Sakit terdekat, supaya bisa dapat pertolongan yang memadai.
Kenapa Bisa Terpapar Paederin ?
Paederin mengenai Kulit bukan
melalui gigitan atau sengatan, tapi karena tubuh Paederus hancur
diatas kulit kita.
Mungkin karena refleks menepuk
ketika dia hinggap, juga mungkin karena ga sengaja “kedudukan” atau
“tergencet” tubuh kita.
Dengan pecahnya Exoskeleton/Kulit
Paederus, maka cairan Paederin pun keluar dan membasahi kulit kita.
Itu sebabnya jika melihat ada
Paederus sedang berjalan di kulit, jangan ditepuk/dipencet/ditekan.
Cukup ditiup atau disingkirkan perlahan dengan kertas atau benda apapun yg
bisa digunakan untuk menyingkirkan Paederus tanpa menghancurkan tubuhnya.
Bagaimana Mencegah Terpapar Paederin
?
Kalaupun tubuh Paederus terlanjur
hancur karena :
- Ditepuk/Dipencet, baik sengaja
maupun tidak
Segera cuci tangan dan bagian yang
terkena cairan Paederin dengan Air mengalir dan Sabun.
Sabun bersifat Basa, tentunya akan
menggumpalkan Paederin yang bersifat Asam. Sehingga mengurangi kadar
Iritatifnya.
Diamkan Sabun selama beberapa menit
sebelum membilasnya, supaya lebih banyak Paederin
yang terikat oleh Sabun.
Air yang mengalir tentunya membuang
sisa-sisa Paederin, baik yang telah terikat dengan Sabun maupun yang
belum.
Hindari mencuci di Air yang tergenang, dalam Baskom atau Gayung misalnya. Karena Paederin
tidak kemana-mana, melainkan justru akan menyebar ke seluruh tangan
Dalam kondisi sangat darurat, tidak
ada Air atau Sabun. Bisa menggunakan Air Ludah sebagai Pencegahan
Pertama.
Ludah kita bersifat Basa Lemah.
Meski tidak sekuat Sabun, paling tidak bisa mengurangi efek Paederin.
Tetap dibasahi dengan Ludah sampai
kita menemukan Air Mengalir & Sabun.
Jangan menggosok atau mengusap bekas
Paederin. Jangan dipegang-pegang,
karena akan menempel dan menyebar ke area kulit yang lain.
- Diketok/Dipencet dengan
menggunakan benda keras
Misalnya dipencet dengan Buku,
ketika Paederus berada di lantai.
Segera bersihkan Cairan Paederin yg
terdapat di lantai dengan Air Sabun.
Jangan dibiarkan. Karena Paederin sangat kental dan lambat menguap, jika
terinjak akan mengiritasi Telapak Kaki.
Sedangkan kulit Bukunya ? Dengan
sangat menyesal, daripada daripada, mending disobek aja terus
dibuang. Daripada nanti malah kena orang lain yang ga sengaja megang buku
itu.
Begitupula jika mengenai Kain,
misalnya Baju atau Celana. Segera dicuci.
Karena Paederin yang meresap ke dalam
serat kain, masih mampu mengiritasi Kulit yang terkena.
Kira-kira mirip getah gitu deh. Ga
akan hilang sebelum dicuci.
“Jenazah” Paederus segera dibuang
jauh-jauh. Karena dalam keadaan
tewaspun, tubuhnya masih dapat menimbulkan masalah.
Jadi, Hidup atau Mati tetap
bermasalah.
Apa Yang Terjadi Ketika Kulit
Terpapar Paederin ?
Seperti yang telah dibahas di atas,
Paederin bersifat Asam yang mampu mengiritasi Kulit secara mendalam.
Efek Iritasinya lebih hebat dari
Haemolymph Semut, Lebah & serangga lain.
Bahkan Air perasan Cabai pun tidak
seiritatif Paederin (Air Cabai memiliki sifat Iritatif ringan. Itulah
sebabnya terasa panas di kulit, namun tidak menimbulkan masalah)
Segera setelah terkena Paederin,
reaksi pertama pada kulit adalah timbul Kemerahan yang disertai sensasi Panas
dan Nyeri ringan. Kadang diikuti gatal.
Setelah beberapa saat, biasanya
dalam 12 jam, jaringan kulit akan mulai mati karena Iritasi Asam
Paederin (Nekrolisis).
Diawali dengan timbulnya gelembung
kecil pada kulit (Vesikel), yang kelamaan akan menjadi Nanah
(Kumpulan jaringan Kulit yang mati), mengeras kasar dan
menimbulkan gambaran seperti Jaringan Parut pada permukaan kulit.
Besarnya kurang lebih seperti
Jerawat deh. Namun jumlahnya banyak dan kecil-kecil.
Bentuk Lesi
Foto diatas menunjukan bentuk
Lesi/Gejala dari Dermatitis Paederus.] pada lipatan kulit.
Karena tidak segera dicuci, namun
dibiarkan, maka cairannya mengenai area kulit sebelahnya. Sehingga membentuk
area Lesi yang Simetris. Mirip seperti “Bayangan pada Cermin” (Mirror)
atau “bekas Lipstik yang menempel pada kulit” (Kissing)
Bentuknya gejala atau Lesi awal pada
kulit memang mirip seperti agak Cacar Air, Herpes Zoster atau Herpex
Simplex. Namun sama sekali bukan bisa menjadi Herpes.
Hanya mirip bentuknya, bukan menjadi.
Lesi Herpes tipe 1
Foto diatas menunjukan gejala Herpes
tipe 1, yaitu berupa Gelembung (Vesikel/Bula) Transparan dan Bening. Banyak
beredar Foto seperti ini yang seolah-olah menunjukan gejala dari Dermatitis
Paederus, padahal memang Herpes beneran.
Bandingkan dengan Dermatitis
Paederus :
Close Up Dermatitis Paederus
Jadi saran menggunakan obat
Herpes untuk mengatasi Dermatitis Paederus ini adalah salah kaprah
yang berlebihan.
Apalagi jika menggunakan Acyclovir,
tentunya sangat tidak tepat dan sangat berbahaya.
Sekedar informasi, Acyclovir bekerja
dengan mengubah DNA Virus Herpes agar si Virus menjadi kacau dan tidak
mampu berkembang.
Kalau menggunakan Acyclovir,
sementara Virus Herpesnya tidak ada ? DNA manakah yang dirusak ? Tentunya
DNA sel tubuh kita yang kena..
Itu sebabnya penggunaan Acyclovir
sangat dibatasi dan harus dengan pengawasan dosis yang ketat. tidak bisa
sembarangan.
Lalu Apa Obat Yang Tepat Untuk
Mengatasi Gejala Dermatitis Paederus ?
Jika setelah dicuci dengan sabun pun
masih timbul kemerahan,
langkah pertama adalah mengkompresnya
dengan Air Dingin atau Es.
Selain mengurangi sensasi Panas,
Nyeri dan Gatal yang timbul, juga menghambat penyebaran Paederin pada
jaringan kulit lain. Dengan cara mengecilkan Pembuluh Darah kulit,
sehingga sebagian Paederin yang terlanjur masuk dalam jaringan terisolasi
dan pembengkakan pun bisa berkurang.
Sebaliknya jika dikompres Panas,
atau umumnya sebagian rakyat kita gemar mengoles Balsem untuk gigitan
serangga, Pembuluh Darah akan melebar dan Paederin akan
mudah menyebar ke bagian kulit yang lain. Sehingga efek bengkakpun semakin
meluas.
Jangan digaruk atau digosok dengan
benda apapun. Kulit yang teriritasi menjadi
sangat tipis dan mudah koyak. Jika digaruk, akan menimbulkan Luka kecil
dan menjadi Pintu Masuk bagi Kuman-Kuman. Sehingga timbulah Infeksi
Sekunder / Infeksi Ikutan dan Lesi pun bertambah parah.
Langkah Kedua adalah memberikan
Salep Steroid, yang berguna untuk mengurangi Sensasi Gatal dan Radang
pada bagian yang teriritasi.
Gunakan dengan mengoleskan sangat
tipis pada permukaan kulit. Karena obat ajaib ini tergolong obat unik. Dosis
kecil, dia membantu menghilangkan gejala. Sebaliknya kalo
kelebihan Dosis, malah memperkuat efek Paederin
Salep Antibiotik sebaiknya hanya diberikan jika diperlukan, jika timbul Infeksi Sekunder/Ikutan yang parah.
Misalnya menjadi Bisul yang besar.
Jika menggunakan Antibiotik,
sebaiknya berikan jeda waktu dengan Salep Steroid. Kira-kira
interval 1-2 jam. Jangan ditumpuk jadi satu kali pemberian.
Jadi kesimpulannya, urutan Tata
Laksana Dermatitis Paederus adalah :
1. Cuci dengan Air Mengalir dan
Sabun
2. Kompres dengan Air Es/Dingin
3. Diberikan Salep Steroid
4. Diberikan Salep Antibiotik jika
diperlukan
Selesai.
Semoga sedikit banyak tulisan ini
bisa bermanfaat dan meluruskan beberapa fakta heboh seputar Wabah “Tomcat”
alias Dermatitis Paederus ini.
Sebagai acuan, saya menggunakan
Jurnal Dermatologi India
http://www.ijdvl.com/article.asp?issn=0378-6323;year=2007;volume=73;issue=1;spage=13;epage=15;aulast=Singh
http://www.ijdvl.com/article.asp?issn=0378-6323;year=2007;volume=73;issue=1;spage=13;epage=15;aulast=Singh
Berikut, beberapa Foto yang
memperlihatkan variasi bentuk Dermatitis Paederus :
Akibat mengusap Paederin pada kulit.
Terlihat area Lesi meluas karena gosokan.
Lesi Memanjang ini terjadi karena secara refleks memukul
Paederus yg bertengger di Dahi, lalu menggosoknya ke arah hidung
Ini akibat setelah menepuk Paederus tidak mencuci tangan,
lalu langsung mengucek mata