Saturday, November 2, 2013

Tomcat apasih ?


Tomcat atau Paederus sp.: Apa dan Bagaimana Pengobatannya
OPINI | 22 March 2012 | 05:00 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gifDibaca: 3620   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gifKomentar: 0   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gifNihil
Mencermati pemberitaan mengenai Wabah Tomcat yang sedang terjadi di wilayah Surabaya dalam 1 minggu terakhir ini, ada banyak informasi yang terkesan asal “kena” & asal “mirip”. Mulai dari gejala, pencegahan hingga pengobatan yang terkesan berlebihan.
Berita-berita yang tersebar melalui media BBM malah lebih mengerikan lagi. Dilengkapi foto-foto yang katanya gejala akibat Tomcat, terpapang lugas menggedor jantung.
Nah lucunya, pihak yang berkompeten dalam memberikan informasi mengenai Penyakit ini sepertinya malah “kebingungan”. Bukan mencari dan memberikan informasi akurat kepada masyarakat tentang apa itu “Tomcat”, malah seperti “mengamini” gosip-gosip yang beredar.
Kalopun ada revisi berita, itupun mengikuti dari perkembangan berita di Media Massa, bukan dari sumber yang valid.
Jadinya, masyarakat seperti dibiarkan mencari informasi sendiri mengenai “Tomcat” ini.
Alhasil, berbekal cari sana cari sini yang dibumbui histeria dan kehebohan, jadilah bahan obrolan yang kadang jauh dari kenyataan.
Media Sosial/SocMed saat ini seperti kebanjiran Timeline mengenai “Tomcat” (tentunya bersanding adu banyak dengan Korupsi, BBM, TDL dan isu SARA yang lagi trend). Yang sayangnya, ya itu tadi…kekurangan bahan referensi yang valid.
Kenapa bisa kurang referensi ? Karena ya maklum saja…namanya juga penyakit. Pihak Kesehatan lah yang seharusnya memberikan informasi tentang apa dan bagaimana Tomcat itu. Bukan orang awam yang harus mencari.
Pencarian mengenai penyakit “Tomcat” ini sebenarnya mudah. Hanya menggunakan nama Paederus sp. pada search engine, maka semua artikel mengenainya akan terpampang dengan jelas.
Apakah “Tomcat” itu ?
13323643712012715634
Paederus sp. (species)
Yang selama ini disebut-sebut sebagai “Tomcat” sebenarnya adalah Kumbang dari genus Paederus. Lengkapnya Paederus sp. (species)
Paederus ini tercatat ada banyak ragam jenis, tergantung di negara mana dia berasal.
Misalnya :
- Paederus melampus : India
- Paederus brasilensis : Brazil
- Paederus colombius : Kolombia
- Paederus fusipes : Taiwan
- Paederus peregrinus : Indonesia & Malaysia
Berukuran sangat cilik, kira-kira hanya 1cm. Secara kasat mata mirip Semut, hanya saja memiliki “ekor” berbentuk sengat. Makanya disebut-sebut “mirip Kalajengking”
Terdapat di seluruh dunia, terutama wilayah Tropis. Sehingga serangga ini bukan jenis baru atau hasil mutasi. Tapi memang sudah ada sejak lama, kira-kira seumuran dengan evolusi Semut.
Bagi yang tinggal di wilayah Pedesaan atau dekat dengan hutan, tentu sudah tidak asing lagi dengan si Paederus ini.Karena si Merah Hitam ini sebenarnya Musuh Alami dari Wereng Sawah. Membantu Petani mengatasi Hama Padi.
Menguntungkan sekaligus merugikan jika bertemu Manusia.
Tergolong Serangga aktif malam hari, yang sangat gemar mendekati Sumber Cahaya. Lampu, misalnya. Jadi salah satu cara untuk mendeteksi kehadirannya : perhatikan Lampu setiap masuk ruangan. Jika ada serangga mirip semut yang keluyuran dekat bola Lampu, mungkin itu si Paederus.
Lalu darimana nama Tomcat berasal ?
Entahlah. Menurut “gosip” sih, itu sebenernya merek Pestisida yang sering digunakan pada perkebunan. Malah kalo Googling “Tomcat”, bakal ketemu merek Pembasmi Hama Tikus yang sangat populer di Amerika.
Bagaimana Hingga Bisa Menimbulkan Masalah Pada Manusia ?
Terlebih dulu saya ingin meluruskan, bahwa seperti ulasan di atas, penyakit ini tidak ada hubungannya dengan istilah “Tomcat”. Yang lebih tepat adalah yang sesuai dengan nama dari Ilmu Kedokteran, yaitu : Dermatitis Paederus (DP).
Kalopun mau “Diindonesiakan”, ada baiknya menjadi Alergi Paederus. Daripada ”Tomcat”, yang mirip serial kartun Tom & Jerry.
Kembali pada pertanyaan, “Bagaimana Hingga Bisa Menimbulkan Masalah Pada Manusia ?”
Begini :
Kumbang Paederus sp., seperti umumnya Serangga, memiliki Butiran Darah yang berfungsi ganda. Yaitu Haemolymph.
Selain mengangkut Oksigen & Zat Makanan (Haemocyanin), juga berfungsi sebagai Pertahanan Tubuh/Imunitas (Lymph).
(Berbeda dengan manusia, yang komponen Darahnya masing-masing hanya memilik 1 fungsi. Haemoglobin hanya mengurus Oksigen & Zat Makanan, sementara Imunitas diurus oleh Leukosit & Limfe.)
Dalam Haemolymph ini terkandung senyawa Amida yang dikenal dengan nama Paederin.
Susunan Rantai Kimianya : (C 25 H 45 O 9 N).
Dengan jumlah molekul H yang dominan, menjadikan senyawa ini bersifat sangat Asam.
Mirip seperti Semut atau Lebah, namun lebih Asam.
Seperti yang kita pelajari di Sekolah, Zat hiper-Asam bersifat Korosif dan mampu mengiritasi/mengikis permukaan Kulit.
Begitu pula dengan Paederin ini. Jika kontak dengan kulit, maka akan menimbulkan gejala Iritasi yang agak hebat.
Benarkah Pernyataan Bahwa Kadar Paederin 12 kali dari Racun Ular Kobra ?
Pernyataan ini benar, namun diartikan secara keliru oleh beberapa orang.
Kadar Paederin dalam 1ml cairan memang jumlahnya mencapai 12 kali lebih pekat daripada racun Ular Kobra.
Namun bukan berarti lalu Paederin sangat beracun, melebihi racun Kobra. Sebaliknya, justru racun Kobra yang berupa Neurotoxin (racun yang menyerang jaringan saraf) jauh lebih mematikan daripada Paederin
Hanya dibutuhkan 1 tetes / 1 ml racun Kobra untuk membunuh manusia. Sedangkan Paederin ? Terkena hingga 5ml pun tetap tidak akan mampu menimbulkan kematian bagi manusia.
Jadi merupakan sebuah informasi berlebihan jika menganggap Paederin sangat mematikan.
Namun tentunya fakta ini merupakan pengecualian bagi mereka yang punya riwayat alergi terhadap gigitan serangga.
Tanpa perlu berhadapan dengan Paederin pun, misalnya terkena sengatan Lebah, sudah cukup untuk menimbulkan masalah serius. Sehingga wajib segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat, supaya bisa dapat pertolongan yang memadai.
Kenapa Bisa Terpapar Paederin ?
Paederin mengenai Kulit bukan melalui gigitan atau sengatan, tapi karena tubuh Paederus hancur diatas kulit kita.
Mungkin karena refleks menepuk ketika dia hinggap, juga mungkin karena ga sengaja “kedudukan” atau “tergencet” tubuh kita.
Dengan pecahnya Exoskeleton/Kulit Paederus, maka cairan Paederin pun keluar dan membasahi kulit kita.
Itu sebabnya jika melihat ada Paederus sedang berjalan di kulit, jangan ditepuk/dipencet/ditekan. Cukup ditiup atau disingkirkan perlahan dengan kertas atau benda apapun yg bisa digunakan untuk menyingkirkan Paederus tanpa menghancurkan tubuhnya.
Bagaimana Mencegah Terpapar Paederin ?
Kalaupun tubuh Paederus terlanjur hancur karena :
- Ditepuk/Dipencet, baik sengaja maupun tidak
Segera cuci tangan dan bagian yang terkena cairan Paederin dengan Air mengalir dan Sabun.
Sabun bersifat Basa, tentunya akan menggumpalkan Paederin yang bersifat Asam. Sehingga mengurangi kadar Iritatifnya.
Diamkan Sabun selama beberapa menit sebelum membilasnya, supaya lebih banyak Paederin yang terikat oleh Sabun.
Air yang mengalir tentunya membuang sisa-sisa Paederin, baik yang telah terikat dengan Sabun maupun yang belum.
Hindari mencuci di Air yang tergenang, dalam Baskom atau Gayung misalnya. Karena Paederin tidak kemana-mana, melainkan justru akan menyebar ke seluruh tangan
Dalam kondisi sangat darurat, tidak ada Air atau Sabun. Bisa menggunakan Air Ludah sebagai Pencegahan Pertama.
Ludah kita bersifat Basa Lemah. Meski tidak sekuat Sabun, paling tidak bisa mengurangi efek Paederin.
Tetap dibasahi dengan Ludah sampai kita menemukan Air Mengalir & Sabun.
Jangan menggosok atau mengusap bekas Paederin. Jangan dipegang-pegang, karena akan menempel dan menyebar ke area kulit yang lain.
- Diketok/Dipencet dengan menggunakan benda keras
Misalnya dipencet dengan Buku, ketika Paederus berada di lantai.
Segera bersihkan Cairan Paederin yg terdapat di lantai dengan Air Sabun. Jangan dibiarkan. Karena Paederin sangat kental dan lambat menguap, jika terinjak akan mengiritasi Telapak Kaki.
Sedangkan kulit Bukunya ? Dengan sangat menyesal, daripada daripada, mending disobek aja terus dibuang. Daripada nanti malah kena orang lain yang ga sengaja megang buku itu.
Begitupula jika mengenai Kain, misalnya Baju atau Celana. Segera dicuci.
Karena Paederin yang meresap ke dalam serat kain, masih mampu mengiritasi Kulit yang terkena.
Kira-kira mirip getah gitu deh. Ga akan hilang sebelum dicuci.
“Jenazah” Paederus segera dibuang jauh-jauh. Karena dalam keadaan tewaspun, tubuhnya masih dapat menimbulkan masalah.
Jadi, Hidup atau Mati tetap bermasalah.
Apa Yang Terjadi Ketika Kulit Terpapar Paederin ?
Seperti yang telah dibahas di atas, Paederin bersifat Asam yang mampu mengiritasi Kulit secara mendalam.
Efek Iritasinya lebih hebat dari Haemolymph Semut, Lebah & serangga lain.
Bahkan Air perasan Cabai pun tidak seiritatif Paederin (Air Cabai memiliki sifat Iritatif ringan. Itulah sebabnya terasa panas di kulit, namun tidak menimbulkan masalah)
Segera setelah terkena Paederin, reaksi pertama pada kulit adalah timbul Kemerahan yang disertai sensasi Panas dan Nyeri ringan. Kadang diikuti gatal.
Setelah beberapa saat, biasanya dalam 12 jam, jaringan kulit akan mulai mati karena Iritasi Asam Paederin (Nekrolisis).
Diawali dengan timbulnya gelembung kecil pada kulit (Vesikel), yang kelamaan akan menjadi Nanah (Kumpulan jaringan Kulit yang mati), mengeras kasar dan menimbulkan gambaran seperti Jaringan Parut pada permukaan kulit.
Besarnya kurang lebih seperti Jerawat deh. Namun jumlahnya banyak dan kecil-kecil.
13323657271695080821
Bentuk Lesi
Foto diatas menunjukan bentuk Lesi/Gejala dari Dermatitis Paederus.] pada lipatan kulit.
Karena tidak segera dicuci, namun dibiarkan, maka cairannya mengenai area kulit sebelahnya. Sehingga membentuk area Lesi yang Simetris. Mirip seperti “Bayangan pada Cermin” (Mirror) atau “bekas Lipstik yang menempel pada kulit” (Kissing)
Bentuknya gejala atau Lesi awal pada kulit memang mirip seperti agak Cacar Air, Herpes Zoster atau Herpex Simplex. Namun sama sekali bukan bisa menjadi Herpes.
Hanya mirip bentuknya, bukan menjadi.
1332366021764071692
Lesi Herpes tipe 1
Foto diatas menunjukan gejala Herpes tipe 1, yaitu berupa Gelembung (Vesikel/Bula) Transparan dan Bening. Banyak beredar Foto seperti ini yang seolah-olah menunjukan gejala dari Dermatitis Paederus, padahal memang Herpes beneran.
Bandingkan dengan Dermatitis Paederus :
13323671651180560706
Close Up Dermatitis Paederus
Jadi saran menggunakan obat Herpes untuk mengatasi Dermatitis Paederus ini adalah salah kaprah yang berlebihan.
Apalagi jika menggunakan Acyclovir, tentunya sangat tidak tepat dan sangat berbahaya.
Sekedar informasi, Acyclovir bekerja dengan mengubah DNA Virus Herpes agar si Virus menjadi kacau dan tidak mampu berkembang.
Kalau menggunakan Acyclovir, sementara Virus Herpesnya tidak ada ? DNA manakah yang dirusak ? Tentunya DNA sel tubuh kita yang kena..
Itu sebabnya penggunaan Acyclovir sangat dibatasi dan harus dengan pengawasan dosis yang ketat. tidak bisa sembarangan.
Lalu Apa Obat Yang Tepat Untuk Mengatasi Gejala Dermatitis Paederus ?
Jika setelah dicuci dengan sabun pun masih timbul kemerahan,
langkah pertama adalah mengkompresnya dengan Air Dingin atau Es.
Selain mengurangi sensasi Panas, Nyeri dan Gatal yang timbul, juga menghambat penyebaran Paederin pada jaringan kulit lain. Dengan cara mengecilkan Pembuluh Darah kulit, sehingga sebagian Paederin yang terlanjur masuk dalam jaringan terisolasi dan pembengkakan pun bisa berkurang.
Sebaliknya jika dikompres Panas, atau umumnya sebagian rakyat kita gemar mengoles Balsem untuk gigitan serangga, Pembuluh Darah akan melebar dan Paederin akan mudah menyebar ke bagian kulit yang lain. Sehingga efek bengkakpun semakin meluas.
Jangan digaruk atau digosok dengan benda apapun. Kulit yang teriritasi menjadi sangat tipis dan mudah koyak. Jika digaruk, akan menimbulkan Luka kecil dan menjadi Pintu Masuk bagi Kuman-Kuman. Sehingga timbulah Infeksi Sekunder / Infeksi Ikutan dan Lesi pun bertambah parah.
Langkah Kedua adalah memberikan Salep Steroid, yang berguna untuk mengurangi Sensasi Gatal dan Radang pada bagian yang teriritasi.
Gunakan dengan mengoleskan sangat tipis pada permukaan kulit. Karena obat ajaib ini tergolong obat unik. Dosis kecil, dia membantu menghilangkan gejalaSebaliknya kalo kelebihan Dosis, malah memperkuat efek Paederin
Salep Antibiotik sebaiknya hanya diberikan jika diperlukan, jika timbul Infeksi Sekunder/Ikutan yang parah. Misalnya menjadi Bisul yang besar.
Jika menggunakan Antibiotik, sebaiknya berikan jeda waktu dengan Salep Steroid. Kira-kira interval 1-2 jam. Jangan ditumpuk jadi satu kali pemberian.
Jadi kesimpulannya, urutan Tata Laksana Dermatitis Paederus adalah :
1. Cuci dengan Air Mengalir dan Sabun
2. Kompres dengan Air Es/Dingin
3. Diberikan Salep Steroid
4. Diberikan Salep Antibiotik jika diperlukan
Selesai.
Semoga sedikit banyak tulisan ini bisa bermanfaat dan meluruskan beberapa fakta heboh seputar Wabah “Tomcat” alias Dermatitis Paederus ini.
Sebagai acuan, saya menggunakan Jurnal Dermatologi India
http://www.ijdvl.com/article.asp?issn=0378-6323;year=2007;volume=73;issue=1;spage=13;epage=15;aulast=Singh
Berikut, beberapa Foto yang memperlihatkan variasi bentuk Dermatitis Paederus :
13323666391448200777
Akibat mengusap Paederin pada kulit. Terlihat area Lesi meluas karena gosokan.
13323667862082387002
Lesi Memanjang ini terjadi karena secara refleks memukul Paederus yg bertengger di Dahi, lalu menggosoknya ke arah hidung
13323668961747815174
Ini akibat setelah menepuk Paederus tidak mencuci tangan, lalu langsung mengucek mata

0 comments:

Post a Comment

 

Sika's Idea Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang